Minggu, 23 Maret 2014

Oooouuucchhhh.... Proses Persalinanku (Part2)

Rintik hujan menemani kami (Aku, suamiku, ibu dan bapakku) saat kami pergi ke RS, waktu menunjukkan pukul 1.00 dini hari. Sesampainya di RS, sepii sekali, sampai pendaftaran aku langsung di minta untuk keruang vk/kebidanan lt.1

Diruang vk aku bertemu dengan bidan yang berbeda, mungkin sudah ganti sift ya. Aku menceritakan pada bidan bahwa tadi pagi sudah kesini dan memutuskan pulang, induksi alami dengan suami pukul 8.00malam, pukul 11.00malam mulai terala mulas yang disertai sakit, kontraksi 3menit sekali, belum ada flek dan rembesan air ketuban. Bidan pun mengechek CTG dan pembukaan, pembukaan 3, bidan berujar, wah selamat ya pak, induksinya berhasil ni. Kami hanya cengar-cengir. Diruang vk ada aku, suamiku, dan ibuku, bapak langsung pulang karena besok harus kerja dan badanya jg sedikit tidak enak. waktu terus berjalan, pukul 6.00 pagi chek CTG dan pembukaan, hiiaaaah masih pembukaan 3 permisah..!! akhirnya ibuku mengajaku untuk berjalan2 disekeliling rumah sakit, suamiku mencari sarapan untuknya dan untuk ibuku. Sarapanku sudah disiapkan oleh rumahsakit, semangkuk bubur dan teh hangat.

Mulas makin meningkat rasa sakitnya, jika terasa sakit, aku berdiam sambil menahan rasa sakitnya, jika sudah hilang sakitnya aku berjalan2 di kamar obeservasi berharap pembukaan bertambah. Saatnya CTG dan chek pembukaan pukul 10.00, daaan masih pembukaan 3, padahal rasa mulasnya sudah semakin hebat, rasa sakitnya juga semakin sakit. Akhirnya aku dibantu oleh ibu dan suamiku berjalan2 di ruang vk, meski sakit mendera terus saja dipaksakan berjalan, agar pembukaan bertambah, pukul 2.00siang saatnya CTG dan chek pembukaan (lagi) akhirnya naik setengah, pembukan 3 ke 4. Dan kami diminta untuk pindah ruang ke ruang bersalin. Aaahh pikirku sebentar lagi aku akan bertemu bayiku, penderitaan menahan mulas dan sakit ini akan segera berakhir.

tempat tidur saat aku bersalin (iseng banget pengen fotoin ini,hehe)

Ini seperti alat-alat yang dibutuhin pas lahiran nanti, perasaan hati langsung ga asik pas liat ini,hehe


Selama menunggu chek CTG dan pembukaan selanjutnya, aku terus saja berjalan2 dibantu ibu dan suami, terkadang istirahat bahkan tertidur. Chek CTG dan pembukaan (lagi) pukul 6.00 sore masih pembukaan 4. Disitu aku sudah mulai stress kenapa pembukaan tak kunjung naik, berjalan rasanya sudah mau copot tulang-tulang dibadan, rasa dingin jg mendera, aku gunakan kaos kaki sambil berjalan2 berharap pembukaan naik, air mata mulai turun sambil bibir terus berizikir memohon kepada Allah, memohon kelancaran, memohon kekuatan menahan rasa mulas dan sakitnya. Disebelah kiri ibuku memegang tanganku, dikanan ada suami memegang tanganku, mereka membantuku berjalan-jalan agar pembukaan cepat, karena mulasnya sudah sakit, berharap pembukaan berjalan cepat, ibuku terkadang mengelap air mataku yang jatuh, suamiku mengelus2 pinggangku. Aku bertanya dengan bidan, "bu bidan, ini ada yang bisa dilakukan untuk mempercepat pembukaan ga ya bu?" bidan menjawab "emm.. gimana ya bu, ini kontraksi sudah bagus bu, mulasnya juga sudah bagus bu. kalo ibu mau diinduksi yang ada mulasnya nanti semakin tidak karuan rasanya bu, satu-satunya jalan ibu bersabar menunggu proses pembukaanya ya bu".

Pukul 10.00 malam chek CTG dan pembukaan untuk yg kesekian kalinya, dan Ya Allah ya Robbi.. pembukaan masih 4,  Ibuku pamit kepada suamiku, untuk istirahat di lantai 2, "nanti jam 1.00 dini hari bangunkan ibu kalo mau cehk CTG lagi ya mas, ibu istirahat dl". Kira-kira satu jam semenjak pamitnya ibuku, mulasnya semakin menjadi-jadi, hanya suamiku yang ada di sisi kiriku, sambil duduk tepat disamping kasur bersalinku. Saat mulas mendera aku berdzikir samil meremas tanganya, terkadang memeluk pinggangnya dengan erat. Bidan terus menanyakan ke suami, "pak gimana mulasnya tiap berapa menit sekali?", suamiku kadang menjawab 5 menit sekali, kadang menjawab 3 menit sekali.

Tiba-tiba mulas yang kurasakan tidak ada jeda samasekali, rasanya mulas luar biasa dan terus menerus, membuatku tegang dan kelimpungan. "Ayaaah... ayaah.. mulasnya ga berhenti yah, mulasnya terus terusan yah.. sakiit yaah.. astaghfirullah.." itu terus yang aku teriakkan, sambil menggenggam erat tangan dan pinggang suamiku."Bu bidan, ini kata istri saya mulasnya ga berhenti bu, saya bingung ngitung kontraksinya bu" ucap suamiku kepada bidan yang ada di ruang bersalin. "Kita chek bukaan ya bu, bukaan 5 bu" nanti kita chek lagi ya bu, sabar ya bu". Aku tidak menjawab sama sekali, dalam hatiku hanya berucap, alhamdulillah bukaan naik, sebentar lagi bertemu dede, tapi masyaAllah rasa sakitnya benar-benar membuat aku tidak bisa berpikir. Aku lihat para bidan lalu lalang seperti mempersiapkan proses persalinanku. Aku melihat jam diruangan itu, menunjukkan pukul 11.00, masih berdzikir saat mulas dan sakit menjera. mulasnya aku rasa tidak berhenti, namu mulas dengan sakit yang sangat datang setiap 2 menit, rasanya kelimpungan, ingin berteriak, namun aku terus berusaha menenangkan pikiran, dengan terus dibantu suamiku. "Dzikir de, astaghfirullahaladzim.. tarik nafas, buang lewat mulut, semangaat ya, sebentar lagi kita ketemu dede" Begitulah cara suamiku menenangkanku disaat kontraksi mendera.

Entah mengapa sakitnya bertambah sakit, aku sudah tidak bisa berujar astaghfirullah lagi, aku hanya berteriak, "ayah.. ayah.. ayah.. Allah.. Allah.. Allah.. Bu bidan sakit banget bu.." Kemudian di chek bukaan 7. Disitulah sakit yang luar biasa aku rasakan, benar-benar mulas yang membuatku kelimpungan, rasanya sakiiiit tak tertahan, sakitnya tidak bisa disamakan dengan sakit yang pernah aku rasakan. Aku hanya berteriak Allah.. Allah.. Ayah.. Ayah..

Kemudian ada perasaan ingin mengejan, seperti ada yang mendorong. "Bu bidan rasanya saya mau ngeden bu....!, "Tahan ya bu,jangan mengejan dl, pembukaanya belum sempurna" begitu ujar bidan. Perasaan tidak boleh mengejan saat ada dorongan ingin mengejan sangatlah tidak mengenakan. seperti orang gila rasanya, piikiranku sudah tidak bisa menyuruh badanku untuk tenang. Kemudian hilang rasanya, agak enakan. Dan tetiba timbul lagi, inilah perjuangan menahan mulas yang paling sulit menurutku,menahan mulas,sakit dan menahan untuk tidak mengejan.

Ini ketiga kalinya rasa ingin mengejan timbul,"Bu Bidan rasanya mau melahirkan" Namun tetap aku tidak diperbolehkan mengejan, katanya posisi bayikku masih diatas. Berkali-kali aku menahan rasa mulas,sakit dan ingin mengejan, rasanya tidak tahan, seperti orang gila, tiap ada perasaan itu timbul, aku kelimpungan, aku menggeleng-gelengkan kepalaku agar aku tidak fokus pada rasa ingin mengejanku, bu bidan kadang membantu untuk aku bernafas lewat mulut, mengelarkan bunyi "hah", kadang itu membantu, tapi kadang tidak berefek sama sekali, rasa ingin mengejanya kuat sekali. Aku hampir seperti orang tidak punya sebutan, dikelimpungaku, aku berusaha untuk selalu ingat berujar Allah, Allah..

Saat perasaan ingin mengejan hilang, aku bertanya pada bidan, "bu ini sudah pembukaan penuh kan bu!, saya ingin melahirkan bu". Sabar yaaa.. dokternya sedang diperjalanya, posisi bayinya kepalanya juga masih tinggi bu. Baiklah, begitu ujarku, namun disaat rasa itu datang lagi, hilang akal sehatku, aku berteriak, Bu Bidan..! Saya ingin melahirkan bu..! Ga usah nunggu dokter bu..! Saya ingin melahirkan bu..! (Sambil berusaha menahan rasa ingin mengejan, menahan rasa sakit dan mulas, bercampur aduk rasanya tidak karuan). Tetap jawaban bidan sama, terkadang bu bidan membantu mengelus-ngelus kakiku, mengelus-elus tanganku agar aku tenang. Aaaah... namun rasa ini terlalu kuat, aku sampai berujar, "Bu Bidan, Tolong tahan anus saya bu, tekan anusnya bu, rasa ingin mengejanya mungkin bisa berkurang bu bidan..!", Bu bidan menjawab, " Sabar ya bu, semua orang lahiran juga gitu kok bu, sabar ya bu, sebentar lagi dokter datang, kami tau saatnya dan tanda-tanda kalo memang benar akan melahirkan bu, sekarang belum saatnya bu"

Sudahlah pikirku, meminta lahiran dengan bidan sepertinya tidak mungkin, memang aku harus sabar menunggu dokter datang, aku hanya berpikir untuk mengalihkan fokus pikiranku saat rasa itu datang. Kemudian, bisik suamiku, dek dokter marly datang. Langsung ada beberapa bidan yang datang menghampiriku, bekerja pada posisinya masing-masing. Alhamdulillah dalam hatiku, dan sesaat itu pula rasa ingin mengejan datang, "Bu Dokter saya ingin mengejan bu dokter...!!!", "Ayo bu, mengejan boleh yuuk.." Begitu jawab dr.Marly. "Apah??? Udah boleh..!! katanya tadi bidan posisi bayiku masih belum bagus..!" (Dlam hatiku berteriak seperti itu, sambil mengejan dengan kuat). Lalu tersemburlah air ketuban dari rahimku, aku melihatnya cairan putih menyembur, rasanya agak legaan.

Dr.Marly memasang kateter mengeluarkan semua air seniku, ternyata memang mungkin kepala bayiku masih agak tinggi, karena kandung kemihku penuh, dan memang sepertinya prosedurnya harus ada dokter, tidak bisa hanya ada bidan saja saat proses melahirkan. "Giman bu, sudah ada rasa ingin mengejan lagi?" Tanya dr.Marly, "Belum dokter, eeh iya ini mau dokter, mau mengejan saya dokter" Sampai 4 kali seingat aku, aku mengejan, dengan sekali proses mengejan yang salah, dan aku malah berteriak tidak karuan, menguras tenaga.

Alhamdulillah saat mengejan yang keempat keluarlah bayi mungil laki-laki yang tampan dari rahimku. Aku melihat suamiku menangis disampingku, ia tidak tahan menahan rasa harunya, sedangkan aku, hanya terdiam, mau menangis tidak ada air mata yang bisa aku keluarkan, aku benar-benar terdiam saat melihat bayiku diletakkan diatas perutku, bayi mungil yang berlumuran darah, yaa dia anaku, anak ayah dan bunda..

Kemudian bayiku ddibersihkan setelah itu diletakkan diatas dadaku untuk IMD, disitulah aku melihat jelas wajah bayiku, rasa haru dan tak percaya menyapa batinku, aku ingin menangis, meski air mata tak jatuh di pipiku, entah mengapa, seperti kering rasanya. namun rasa haru, syukur itu tampak jelas saat melihat buah hatiku. Ya Allah terimakasih Ya Allah, bayiku ini bayiku (Syukurku dalam hati)

Suamiku pun meminta ijin untuk memanggil ibuku yag sedang istirahat di lantai 2. Ibuku datang saat aku sedang dijahit, saat itu pula aku dengar suamiku mengadzani anakku, begitu syahdu rasanya. Tepat pukul 00.27am bayiku lahir, ditemani guyuran hujan diluar sana, mirip seperti saat aku pergi ke rumah sakit di senin dini hari, berarti hampir 24 jam proses melahirkanku.

 Hallo world... ^_^ 

 Ini saat dede masih di rumah sakit, sekitar 1-2 hari usianya

Kami berinama anak kami, Ibrahim Zanki El Hidayat, Lahir 4 Februari 2014, Pukul 00.27am. Dengan Berat 2,6kg dan panjang 46cm. Sekarang dede El, sudah berusia 1,5bulan, beratnya saat 1 bulan kemarin sudah 3,4kg. Banyak polah tingkahnya yang membuatku bahagia, semua orang disekitarnya pun ikut bahagia :) Alhamdulillah..

Ini sehari setelah dede di cukur rambutnya 

Mainan barunya ayah dan bunda,hehehe... 

Selasa, 18 Maret 2014

ooucchhh... Proses Melahirkanku (Part 1)

Hari itu tanggal 1 Februari 2014, sehari sebelum HPL (hari perkiraan lahirku) artinya satu hari lagi 40 minggu usia kehamilanku, ada rasa2 mulas terkadang mendera, namun mulas yang ku rasakan ini masih sangat bisa ku toleril. Aku masih bisa bergadget ria, tersenyum, makan enak, meski kadang perasaan tidak nyaman pada perutku.

Malam harinya mulas aku rasakan 1 jam sekali, tapi tetap dengan kekuatan mulas yg menurutku belum dasyat. Akhirnya keesokan hari tgl 2 februari, aku dan suami pergi ke rumah sakit, saat itu pukul 7 kami kerumah sakit. Sampai di pendaftaran RS.ASRI aku berujar mau chek pembukaan, akhirnya kami disuruh langsung keruang vk/kebidanan di lantai 1. Di ruang vk sangat sepi, aku bingung harus bertanya pada siapa, karena tidak ada orang yang berjaga. Namun terdengar ada suara "Ayo bu, bagus sedikit lagi bu" dan kemudian terdengar tangisan bayi. Disitu perutku rasanya semakin mulas, dan badanku agak sedikit lemas. Kemudian kelaur bidan yang langsung menyapa kami, sebentar ya bu, sedang ada tindakan, silahkan menunggu di ruang ini (menunjuk ruang obeservasi).

Di ruang observasi, saya di chek CTG, chek detak jantung bayi dan chek kekuatan dan intesitas kontraksi. kata bidan kontraksinya sudah teratur 5 menit sekali dan akan di chek pembukaanya. Aku diminta menanggalkan celanaku, dan saat kontraksi terjadi (saat perut tegang dan terasa mulas) tangan si bidan merogoh masuk ke lubang rahim, kutak atik kutak atik.. kata bidan pembukaan 2 ya bu, observasi ya bu 6 jam, jangan pulang dl. saat itu pengechekan pembukaan pukul 9.00am

Dimasa-masa menunggu untuk diobservasi ulang, saya dan suami berjalan2 mengelilingi rumah sakit, berharap mulas datang  lebih intens dan lebih kuat, dan berharap pembukaan naik. Untuk membuang waktu terkadang kami hanya mengobrol dan menonton tv di kamar observasi

suami yg setia menunggu dan menemani (masih bs ketawa-ketiwi)

snack dan teh manis saat awal kedatanganku saat observasi

jam demi jam kami lewati, di ruang observasi ternyata seperti rawat inap, aku juga diberikan makan siang, sayangnya aku lupa untuk mengabadikan menu makan siang saat itu. Enak dan bergizi..! itu aja sih komentnya,hehe.. kenyaang.. 

waktu pun menunjukkan pukul 3.00 pm, aku di ctg ulang, kontraksinya bukanya makin teratur malah agak berantakan, mulas jg tidak makin naik. Pas di chek pembukaan, ternyata masih bukaan 2. Dr.Marly (dokter kandunganku) pun datang, dia berucap, kontraksi sudah teratur tetapi kekuatan mulasnya lemah, proses pembukaanya bisa sangat berlangsung lama. Beliau memberikan 2 pilihan, yg pertama induksi untuk menguakan mulasku. atau yg kedua kami pulang terlebih dahulu. Saya dan suami diberi waktu untuk memutuskan yg terbaik bagi kami. Setelah dr.marly dan bidan keluar dari ruangan, kami pun berdiskusi. Oia, sebelum saya menanyakan kalo induksi apa bisa melahirkan nanti malam dok? dokter menjawab, yaa kira2 paling besok siang. (Dalam hati) haah...! kirain bisa nanti malam, klo bisa langsung deh mau induksi, klo lama begitu yaa pikir2 lg. Suami berujar saat kami berdiskusi, "kamu maunya gimana?", aku malah balik bertanya, "kalo menurut ayah?". "Kita pulang aja ya, kita kan ga tau si dede memang sudah siap keluar atau belum, kalo pake induksi nanti memaksakan dede. bukanya kamu mau yang alami?" begitu pendapat suamiku. 

Kami pun memutuskan untuk pulang, sambil ketawa nyengir aku bilang ke suami, "kita induksi alami aja dirumah sendiri dl yuk yah?" sekitar pukul 8.00pm induksi alami pun terjadi. Suamiku pun tertidur, aku tidak bisa tidur karena perut sering tegang, saat tegang dan terasa agak mulas, aku gunakan untuk berjalan2 kecil di dalam kamar. Tidak lupa aku menghitung interval kontraksiku menggunakan aplikasi di android. sekitar pukul 11 malam, kontraksi makin intens 3 menit sekali. Oia sebelumnya, saat kami memutuskan pulang, bidan berujar, jika terjadi 3 hal ini, seger kembali ke rumah sakit ya. Yang pertama, kontraksi teratur 3kali dalam 10 menit. Kedua, ada rembesan seperti pipis tetapi tidak bisa ditahan. Ketiga, adanya pendarahan. Nah, kontraksi sudah 3 menit sekali nih pikirku, mulasnya jg lebih mulas dari sebelum-sebelumnya, sambil dzikir aku masih berjalan-jalan, kadang tiduran menahan mulas sambil terus melihat interval dan intensitas kontraksi. pukul 00.00 am, aku semakin tidak bisa tidur, mulasnya semakin terasa disertai nyeri, nyeri seperti orang mau mens, namun lebih sakit. Aku pun membangunkan suamiku, "ayah, mulesnya sakit, aku udah ga bisa ketawa nih, kalo nunggu besok pagi, takut ga kuat jalanya yah, mumpung masih bisa jalan ni yah". Suamiku langsung bangun, dan bergegas mandi dengan air hangat (ingat kan sebelumnya kami induksi alami :D), aku membereskan perlengkapan yang memang sudah siap kami bawa. Setelah suami mandi, aku berujar, "ayah aku mandi dl juga ya?", suamiku menjawab, "ga usah, nanti km masuk angin, emang masih kuat mandi?". aku, "Kan pake air hangat yah, ya klo sakit ga kuat aku panggil kamu, aku takut kalo terjadi apa-apa sama aku pas proses persalinan, aku belum mandi, masih junub gimana?". Mendengar itu, suamiku hanya diam, tidak menjawab apa pun, ekspresinya datar, menatap kosong, entah apa yang ada dipikiranya, dan dia hanya pergi ke dapur memasak air untuku mandi. 

Sebelum mandi, aku pun menelpon ibu, mengabarkan bahwa mulesnya sudah sakit, 3 menit sekali, mau ke dokter sekarang, klo nunggu subuh takut ga kuat jalanya. Ibu dan Bapaku menyiapkan kendaraan untuk kami pergi ke RS. Pagi buta itu pun disertai turun hujan, aku dan suami pun kerumah ibu dengan berjalan kaki menggunakan payung, itu pun aku berjalan dengan pelan-pelan, mulasnya sakit, kata suami jadi ingat waktu resepsi pernikahan, pas jalan menuju pelaminan, sambil ketawa2. Aku hanya bisa ketawa meringis, sambil cubit suami. 

To be continued










Jumat, 03 Januari 2014

Bersyukur Dipertemukan oleh mu...

Usia pernikahanku saat ini 9 bulan tepatnya nanti tanggal 13 januari. Selama pernikahan ini berlangsung, aku bahagia hidup bersama suamiku. Meskipun tidak dipungkiri ada banyak hal yang mengharuskan kami saling beradaptasi, namun itu hal yang wajar bagiku.

Semenjak berita kehamilanku, yang sekarang menginjak minggu ke 34, suamiku menjadi semakin romantis. Banyak hal-hal yang membuatku semakin merasa bahagia. Suamiku dengan sigapnya mengantarku setiap bulan untuk chek up ke dokter, pernah suatu hari suami harus lembur di waktu chek up, aku berujar padanya, bagaimana kalo aku saja sendiri yang chek up ke dokter kali ini. Tapi dia tidak menyetejuinya, katanya dia juga ingin melihat perkembangan si dede, dan takut jika ada apa-apa denganku di perjalanan. Akhirnya pun suamiku menyempatkan di sela-sela waktu kerjanya untuk mengantarku chek up bulanan. Senangnya rasanya... 

Bukan hanya itu saja, sempat di bulan ke-4 kehamilan perutku terasa sakit, panas, dibuat jalan sakit, dibuat tidur pun masih juga sakit. Suamiku dengan sabarnya membantu meringankan rasa sakit itu. Dan selepas tragedi itu, aku pun harus istirahat total, jadilah sang suami dengan rajinya menggantikan pekerjaan rumahku, dia yang mencuci piring dan juga mencuci pakaian selama kurang lebih 2 minggu. Setiap malam pun dia selalu membuatkanku segelas susu hangat. 

Masih banyak hal lain yang sering membuatku merasa bersyukur mendapatkanya, kesederhanaannya, kesabaranya, kedewasaanya, kemanjaannya padaku membuatku selalu bahagia.. 

Pernah satu kali dia marah padaku, dan ini pertama kalinya semenjak kami menikah suamiku marah dan tak mempan kurayu. Memang aku telah melakukan kesalahan yang membuatnya marah dan tidak suka, didiamkanya aku dan ditinggalnya tidur. Aku takuuuut sekali melihat suamiku marah seperti itu, semenjak kami pacaran sampai menikah inilah kali pertama dia marah. Aku pun hanya bisa menangis, menangis, dan menangis. Mata ku terus saja terjaga hingga larut malam, sedangkan sang suami tidur semakin pulas. Akhirnya saat jam menunujukkan pukul 2.00 dini hari, suamiku terbangun, melihat raut wajahnya seperti sudah tidak emosi marah seperti sebelumnya. Setelah dia selesai solat, dia langsung mencium perutku, saat itu aku hamil 7 bulan. setelah mencium perutku berkali-kali, dia memelukku dan berkata "maafin aku ya, dede ga kenapa2 kan?", langsung saja aku memeluknya erat dan mengucapkan maaf berkali-berkali, dan berkata agar ia jangan marah lagi. Aku tahu mungkin suamiku masih sedikit kesal dengan kesalahanku, tapi suamiku memang bukanlah tipe pendemdam, dia bilang, dia memang tidak suka dengan yang aku lakukan, jangan diulang lagi, dan dia lebih khawatir dengan kondisi kejiawaanku dan janinku jika dia terus marah padaku. yaaa... begitulah.. dia selalu memperhatikan aku dan calon anaknya yang ada diperutku.. 

Aku bersyukur pada Allah telah dipertemukan olehnya, dan aku selalu berdoa semoga Allah memperpanjang jodohku dengan suamiku hingga hanyat memisahkan kita, semoga Allah menjadikan keluarga kami ini keluarga yang sakinah mawaddah warohmah, dan semoga keluarga ini bisa menjadi jembatan menuju keridhoaNya.. 

Terimakasih suamiku, telah mengajariku arti keserdahanaan, telah menyayangiku dan menjagaku selalu, selalu siap disaat aku butuh pertolongan, mau mengelus2 pungguku disaat pegal mendera, selalu membawakan tas dan barang bawaanku sehinngga aku lebih leluasa jika berjalan, selalu mengingatkanku untuk minum vitamin, mau membuatkan susu setiap malam untukku. Dan selalu memperhatikan kesehatanku dan juga kesehatan calon bayi kita.. 

Disetiap selesai solatku, aku selalu berdoa untukmu.. Aku mencintaimu.. semoga kau juga bersyukur telah mendapatkanku, meski aku merasa masih banyak kekurangan kurasakan 9 bulan mendapampingimu menjadi istrimu.. 

Love u my hubby..